Selasa, 07 Januari 2014

AGAINST MODERN FOOTBALL


Didalam dunia supporter sering didengar istilah “ AGAINST MODERN FOOTBALL”. Apa itu against modern football? Sebuah istilah yang dipake sebagai perlawanan untuk perindustrian di dalam sepakbola. Dahulu sepakbola adaalah sebuah hiburan bagi masyarakat kalangan menengah kebawah (seperti saya ini,hehe) namun pada perkembangannya sepakbola sekarang menjadi sebuah industry yang sangat menggiurkan, coba lihat dalam seminggu saja pemain sepak bola seperti cristiano ronaldo atau leonel messi bisa menghasilkan penghasilan milyaran rupiah. bayangin men, Cuma seminggu dapet milyaran!!!  Untuk itu sebuah tim sepak bola juga membutuhkan penghasilan untuk membayar pemain yang bayarannyan gede-gede. Penghasilan itu salah satunya didapat dari tiket penonton pertandingan,karena untuk mendapatkan pemghasilan yang banyak pihak klub pun menaikan harga tiket menjadi mahal bagi kaum kelas bawah. Dan lagi untuk menikmati siaran pertandingannya pun harus bayar karena pihak klub juga menjual hak siar, beruntung kita diindonesia masih gratis untuk menikmati pertandingan-pertandingan liga-liga dieropa berkat stasiun tivi diindonesia yang membeli hak siarnya dengan harga yang mahal. Untuk untung atau tidaknya stasiun tivi di indinoesia rugi atau tidak yang jelas pasti untung lah kalau enggak ya mana mau,hihi. Balik lagi ke pokok pmbahasan, pihak klub juga menerima sponsor dari berbagai macam produk yang akan tercetak di jersey nya sebagai contoh klub kesayangan gue aja ya AC MILAN yang disponsori Fly Emirates dan tercetak dijarsey. Pihak klub juga bisa menjual kepemilikan klub atau Cuma sebagian sahamnya saja kepada orang-rang kaya untuk mendapatkan glontoran dana segar, sekarang ini lagi tren klub di jual kepada syeih-syeih kaya raya yang pengusaha minyak dari timur tengah. Yang lebih mengenaskan lagi jika klub dijual dan namanya diganti namanya.
Berbeda halnya dengan sepakbola diindonesia yang sedang menuju sepakbola industri. Diindinesia sedang berkembang sepakbolanya, dan ingin meniru klub2 dieropa untuk menjadi klub professional yang mandiri yang lepas dari APBD. Saya jelaskan dulu, dibeberapa tahun lalu klub-klub Indonesia menggunakan APBD untuk menyokong dana. Untuk itu sekarang klub sedang mencari sponsor untuk membiayai. Namun sangat sulit, karena perusahaan yang akan mensposori melihat sepakbola diindonesia itu sering terjadi rusuh antar supporter sehingga mereka enggan menjadi sponsor. Untuk itu klub pun akhirnya menaikan harga tiket pertandingan karena pemasukan tiket adalah salah satu pemasukan terbesarnya. Jelas itu sangat berat bagi kalangan bawah.
Semoga sepakbola tetap menjadi hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat baik kalangan bawah, menengah maupun kalangan atas, football for unity

Tidak ada komentar:

Posting Komentar